
Meraih Kemuliaan Ramadhan dan Lailatul Qadar yang Jarang Muslim Sadari
Belajar Ilmu dengan Rasa Rendah Hati
Bulan Ramadhan memang penuh berkah, tetapi apakah kita sudah benar-benar siap untuk menjadi alumni sejati Ramadhan? Setelah Ramadhan berlalu, banyak di antara kita yang mungkin merasa seperti kembali ke rutinitas biasa. Akankah kita sibuk dengan pekerjaan, keluarga, atau hiburan, diibandingkan beribadah? Tapi bagaimana dengan kondisi hati kita setelah Ramadhan? Apakah kita tetap menjaga kualitas ibadah dan ketakwaan yang kita bangun selama bulan suci itu? Cobalah kita melihat potret ulama setelah Ramadhan. Para ulama senantiasa membawa kebaikan dan semangat dari bulan Ramadhan ke dalam kehidupan setelah Ramadhan.
Tahu tidak? Para ulama, meskipun mereka telah menguasai ilmu yang sangat tinggi, justru semakin merasa kecil di hadapan Allah. Mereka bukan merasa sombong dengan ilmu yang dimiliki, melainkan merasa semakin hina atas kekurangan dalam diri mereka. Dari mereka kita bahwa llmu dan amal yang kita lakukan seharusnya tidak membuat kita merasa lebih tinggi dari orang lain, tapi justru semakin merendahkan hati kita di hadapan Allah.
Sering kali kita merasa santai dalam beribadah karena kita kepedean. Kita merasa masih ada waktu untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Namun, para ulama justru menunjukkan sikap sebaliknya. Mereka merasa takut jika amal yang mereka lakukan tidak diterima oleh Allah. Kenal dengan Umar bin Khattab? Khalifah kedua yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sebagai sosok yang dijamin masuk surga. Beliau bahkan pernah berkata, “Kalau pada hari kiamat Allah mengumumkan seluruh manusia masuk surga kecuali satu orang, aku takut orang itu adalah Umar.” Bisa kita bayangkan, jika kita mendengar pengumuman itu, pasti kita akan berpikir, “Yang tidak masuk surga pasti Firaun, Qorun, atau Namrud.” Tetapi, Umar justru merasa takut itu adalah dirinya.
Ini adalah potret nyata dari alumni sejati Ramadhan. Mereka tahu bahwa tidak ada jaminan bahwa segala amal kita diterima. Terlebih jika tidak disertai dengan kerendahan hati dan keikhlasan.
Ramadhan: Proses untuk Menjadi Lebih Baik
Ramadhan bukan hanya ajang untuk ibadah intensif selama 30 hari. Ramadhan adalah proses pembelajaran yang seharusnya terus berlanjut setelah bulan suci itu berakhir. Namun masih banyak manusia yang kembali terjebak dalam euforia lebaran yang seringkali berlebihan, bahkan lupa pada target-target ibadah yang sudah kita buat di bulan Ramadhan.
Pintu neraka dibuka kembali setelah 1 Syawal, dan syaitan dibebaskan. Ini adalah kenyataan yang sering terlupakan, sehingga kita kembali terjerumus dalam kebiasaan lama. Mungkin banyak di antara kita yang dulu semangatnya tinggi untuk membaca satu juz Al-Qur’an setiap hari, tapi setelah Ramadhan berlalu, kita kembali lalai dan terbuai dengan euforia lebaran. Ramadhan seharusnya menjadi awal untuk terus meningkatkan ibadah, bukan hanya titik akhir yang membuat kita kembali terhanyut dalam dunia yang penuh dengan distraksi.
Menjadi Alumni Sejati Ramadhan
Ramadhan memang telah berakhir, tetapi apakah kita sudah siap untuk menjadi alumni sejati Ramadhan? Seorang alumni Ramadhan yang sejati tidak hanya kencang dalam beramal di bulan Ramadhan, tetapi juga tetap konsisten dan semakin baik ibadahnya setelah Ramadhan berakhir. Terlebih di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, yang begitu istimewa dan lebih baik dari seribu bulan, seharusnya memberi dampak yang nyata dalam kehidupan kita.
Jika kita benar-benar meraih keberkahan Lailatul Qadar, maka seharusnya kita tidak kembali menjadi seperti dulu. Amalan kita harus meningkat, dan kita harus merasa lebih dekat dengan Allah. Jika kita masih merasa biasa saja di bulan Syawal, itu mungkin tanda bahwa kita belum benar-benar mendapatkan Lailatul Qadar.
Mengapa? Karena salah satu tanda amalan kita dilakukan dengan benar adalah ketika kebaikan yang kita lakukan selama Ramadhan terus berlanjut. Seperti yang disampaikan oleh Hasan Al-Basri, “Salah satu ganjaran dari kebaikan adalah kebaikan berikutnya.” Kebaikan tidak berhenti, dan kita harus berusaha untuk terus mempertahankan amal baik yang telah kita lakukan.
Ketaatan di Bulan Ramadhan Jangan Hanya Jadi Kenangan
Jangan biarkan kita jatuh kembali setelah berjuang di bulan ini. Ingatlah bahwa bangkit untuk kedua kalinya lebih sulit daripada yang pertama. Misalnya saat kita mendaki gunung, kemudian terjatuh, maka akan ada bekas luka yang akan mempengaruhi langkah kita menjadi lebih lambat dan tertatih ketika harus kembali mendaki. Itulah sebabnya, kita harus istiqomah dalam beribadah dan tidak membiarkan diri kita terjebak dalam rutinitas yang mengabaikan ibadah. Sebab memulai kembali setelah jatuh itu akan terasa berat.
Ramadhan memang sudah selesai, tapi perjalanan spiritual kita tidak berhenti di situ. Kita harus menjaga kualitas ibadah kita dan terus berusaha untuk meningkat setiap harinya. Tidak ada pengumuman yang mengatakan apakah amal kita diterima atau tidak, tetapi ada tanda yang menunjukkan apakah kita semakin baik atau tidak. Jika kita terus melakukan kebaikan, kebaikan akan mendatangkan lebih banyak kebaikan.
Introspeksi adalah kunci. Terutama setelah Ramadhan. Amal kita harus terus berkembang, bukan stagnan. Jika kita merasa sudah lebih baik di bulan Ramadhan, maka kita harus lebih baik lagi setelahnya, terutama di bulan Syawal. Jangan galau hanya karena kita tidak tahu apakah kita mendapat Lailatul Qadar atau tidak. Yang penting adalah apakah kita sudah menunjukkan perubahan setelah Ramadhan. Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan seharusnya memberikan dampak besar pada diri kita, bukan hanya pada ibadah kita di Ramadhan, tetapi juga pada kehidupan kita setelahnya.
Mondok di Bulan Ramadhan Ternyata Begini
Di IDN Boarding School, bulan Ramadhan menjadi momen yang sangat istimewa bagi para santri. Suasana pesantren yang penuh dorongan semangat beramal membuat santri dapat fokus sepenuhnya pada ibadah. Dengan jadwal yang terstruktur dengan baik, para santri dapat menjalani ibadah puasa, shalat taraweh bahkan imamnya adalah santri sendiri, serta membaca Al-Qur’an dengan khusyuk hingga mencapai target khatam sekian kali. Tidak hanya di Indonesia. Beberapa santri IDN juga berkesempatan melaksanakan umroh melalui program IDN Backpakcer didampingi oleh guru-guru mereka, juga mengikuti kajian syeikh hingga berbagi ratusan ifthar kepada jamaah di sana.
Selama Ramadhan, para santri tidak hanya fokus pada ibadah personal, tetapi juga saling mendukung dalam beramal bersama. Mereka juga tetap aktif dan produktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, mengerjakan projek, mengadakan event buka puasa bersama, kegiatan kunjungan anak yatim sekaligus bukber, memasak untuk bagi ifthar, berbagi ifthar gratis sekaligus buka puasa bersama warga di berbagai masjid terdekat di Desa Sukanegara, serta kegiatan-kegiatan positif lainnya yang semakin menambah euforia bulan ini yang khidmat.
Baca juga artikel lain tentang prestasi siswa SMK IDN di sini.
Semoga bermanfaat.
Kunjungi youtube kami
https://www.youtube.com/@IDNTV2022
..
Ada yang ingin ditanyakan? Silahkan konsultasikan dengan Admin Kami.
Hubungi Kami (Admin): 0822 – 1010 – 2006
Klik link di bawah ini untuk melihat semua cabang sekolah kami Ikhwan & Akhwat
– Pamijahan
– Solo
– Sentul
Kita Sharing Bareng Yuk
Like, Comment & Share
Mau Tau Lebih Banyak Edukasi Bermanfaat?
Follow sosial media kami:
Jonggol: @idnboardingschool
Solo: @idnboardingschoolsolo
Pamijahan: @idnboardingschoolpmjbogor
Sentul: @idnboardingschoolsentul
idn akhwat : @smpsmk.idnakhwat